Jumat, 19 April 2013

Ada Tersirat, Cintanya Seorang Sahabat





Ketika memasuki ruang keramaian seperti pasar, terminal, stasiun, dll. Waspada menjadi kata keharusan. Karena pencopet, penjambret, tukang tipu, ataupun modus kejahatan lainnya. Seolah tengah menunggu kelengahan.
Pun halanya dengan diri saya waktu itu, saat memasuki stasiun di selatan Jakarta. Dompet yang tadinya berada di saku celana bagian belakang. Saya pindah ke saku bagian depan. Apakah itu, sudah cukup aman? belum tentu.
Karena, saat memasuki gerbong kereta, ada seorang yang berteriak kecopetan HP. Konsentrasi saya pun beralih kepada kegaduhan itu. Orang yang merasa kehilangan HP itu, kemudian keluar gerbong. Saya kira dia akan mencari HP-nya. Saat tangansaya meraba ssaya, dimana tempat dompetsaya berada. Ternyata dompet telah raib. Saya baru ‘ngeh’ kalau peristiwa itu hanya modus belaka ....
Kalut? mungkin ...
Betapa tidak manusiawinya yang tega megambil dompet. Yang di dalamnya berisi uang untuk menyambung hidup seseorang sampai akhir bulan.
Pada titik itu, saya punya keyakinan. Bahwa ada yang Maha Memberi Sandaran, dikala tak ada tempat lain untuk bersandar.
Dengan gontai saya berjalan, menyusuri jalan beraspal yang memanas. Tujuan sama, seperti tujuan semula, yaitu tempat seminar. Cuma, seharusnya bisa naik angkot. Sesampai di di  gedung. Saya duduk di kursi tunggu. Tangan saya meraba sebuah benda batangan berada di saku kemeja.  Ya, HP.
Untung HP tidak ikut raib. Meski isi pulsa sangat minim. barangkali hanya bisa untuk sms saja.  Buru-buru saya kabari salah satu teman untuk menjemput.
Teman saya datang setelah seminar hampir selesei. Tentu kedatangannya ibarat malaikat penolong buat saya.
Ternyata ada cintanya seorang sahabat yang tersirat dalam peristiwa itu. Tentunya, berbeda dengan cintanya kekasih yang kerap memabukan. Hehehe ...
Aku masih ingat kata-katanya, "Jika kamu sukses nanti, kisah ini adalah sejarah buatmu.”
Saya selalu suka caranya membesarkan hati orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar