Rabu, 02 Mei 2012

MUTIARA ITU TELAH DICIPTAKAN



Siang itu begitu terik, Parto semakin mempercepat laju sepeda motornya. Dia akan menghadiri sebuah seminar di daerah Lebak Bulus.
Tet.. tet…
“Mata lo pakai!”
Teriak sopir pengemudi mobil yang nyaris menabraknya, saat dia menerobos lampu merah. Memang bukan hanya dia saja yang menerobos lampu yang sudah berganti warna merah itu. Beberapa pengendara sepeda motor lainnya juga. Hal itu memang sering terjadi bila ada posisi nanggung. Nanggung lagi kencang-kencangnya, tiba-tiba lampu berubah menjadi merah.
Mesti kejadian barusan sempat membuat jantungnya mau copot, dia harus bersyukur karena tidak sampai terjadi tabrakan. Parto pun terus melanjutkan laju motornya, namun kali ini dia mengurangi kecepatannya. Jam ditangannya sudah menunjukan jam satu lewat. Sedangkan jadwal seminar adalah jam satu.
“Ah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” gumammnya.
Sesampai di tempat seminar, perbandingan yang begitu kontras dengan penampilan dirinya dan peserta seminar lainnya pun dirasakannya. Peserta lainnya kebanyakan menggunakan Jas dan dasi, sedangkan dia hanya menggunakan setelan kemeja celan, itu pun sudah agak lusuh. Ah, kenapa tadi Pak Edi tidak bilang kalau aku harus pakai pakaian yang pantas ya. Pikirnya.
Memang Sebenarnya tiket yang digunakan untuk bisa mengikuti seminar adalah milik Pak Edi, bosnya. Berhubung Pak Edi lagi ada acara yang lebih penting lainnya. Akhirnya tiket itu diberikan ke Parto.
“Sayang, sudah bayar mahal-mahal kalau tidak di pakai,” kata Pak Edi saat memberikan tiketnya.
***
Sudah hampir setahun Parto bekerja pada Pak Edi. Di situlah parto dikenalkan dengan dengan Multi Level Marketing yang juga sering di sebut Network Marketing.
“Jika kita akan memilih perusahaan yang menjadi patner kita, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan,” terang Pak Edi kepada Parto pada saat kegiatan di kantor senggang.
“Apa itu, Bapak,”
“Produknya bagus, planning marketing-nya adil, punya kantor sendiri, …”
Pak Edi menarik napas sejenak. Parto menatap Pak Edi dengan antausias, menunggu Pak Edi melanjutkan perkataannya.
“Up line-nya bertanggung jawab atau tidak,”
“Up line,”
“Iya, orang yang mensponsori kita bergabung menjadi anggota,”
Parto hanya manggut-manggut saat itu, tiba-tiba ada suatu pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Meski agak canggung dia memberanikan diri untuk mengungkapkannya kepada Pak Edi.
“Pak, maaf saya dulu pernah dengar tentang money game, katanya menyerupai MLM, itu gimana?”
Dalam suatu bidang itu memang selalu ada oknumnya, begitu juga dengan suatu bisnis tertentu,” terang Pak Edi.
Parto masih menunjukan raut muka bingung.
“Kamu tak usah, binggung, To… MLM yang sedang kita jalani, adalah MLM yang planing marketing-nya sudah di uji kelayakannya oleh departemen perindustrian dan perdagangan,”
Parto tak berkomentar sepatah kata pun.
“Asosiasi yang melindungi sitem penjualan secara langsung seperti MLM namannya APLI,’
“APLI?”
“Iya, Asosiasi Perdagangan Langsung Indonesia,”
Semenjak itu, Parto jadi mengerti tentang apa tentang bisnis apa yang di jalani Pak Edi. Dia juga diajarai tentang perhitungannya. Tentunya itu merupakan pengalaman yang baru buat Pak Parto. Apa lagi Pak Edi orang yang tak segan-segan untuk membagikan ilmunya. Hampir tiap ada waktu senggang Pak Edi menyempatkan untuk berdiskusi dengan Parto.
“Dari titik-titik pembicaraan seperti inilah, yang jika di gabungkan akan menjadi lingkaran penuh, kamu akan tau akan bisnis kita,”
Di samping menyampaikan secara langsung Pak Edi juga sering mengajak Parto untuk mengikuti Seminar gratis yang di adakan oleh kantornya. Dan sesekali mengajak Parto untuk ikut seminar-seminar pengembangan diri lainnya. Walupun harus berbayar.
Seperti halnya kali, Parto mengikuti Seminar atas rekomendasi Pak Edi.
***
Karena memang datang terlambat, akhirnya Parto mendapat bangku paling belakang. Seminar sudah di mulai, Parto punmengikuti dengan seksama setiap apa yang di sampaikan pembicara. Banyak hal yang membuat dia terkesima dengan apa yang disampaikan pembicara. Terutama kisah tentang empat orang marketing yang harus menjual sisir ke wihara, di mana marketing pertama langsung pesimis, karena tidak mungkin untuk menawarkan sisir ke biksu yang tidak ada rambut. Dia pun gagal. Kemudian di lanjut Marketing yang ke dua berhasil menjual beberapa sisir ke pengunjung wihara, hingga cerita diakhiri dengan keberhasilan Marketing yang ke empat karena berhasil menjual sisir cukup banyak, karena marketing yang ke empat itu berhasil membujuk ke pihak wihara agar menjadikan sisir menjadi salah satu souvenir.
Pembaca pun menerangkan kalau marketing yang pertama adalah marketing yang selalu melihat kesulitan pada suatu kesempatan, sedangkan marketing yang berikutnya adalah marketing yang bisa melihat kesempatan pada suatu kesulitan.
Parto benar-benar terinspirasi sekali dengan hal itu. Dia pun diam-diam berjanji pada dirinya, kalau dia harus memlilki car berpikir seperti marketing yang ke empat.
“Mutiara-mutiara itu telah di ciptakan, meski kita harus mencarinya pada kedalaman seberapapun,” ucap pembicara itu penuh antausias.
“Kalau sudah kita temukan, tinggal kita bersihkan kotoran-kotoran yang melekat pada mutiara itu, sehingga mutiara itu bisa terlihat berkilau,”
Pembicara pun kemudian menerangkan apa yang di samapaikannya itu. tentunya dikaitkan dengan bisnis MLM, dimana kalimat itu diterapkan kepada para pemimpin yang tengah membina bawahannya.
***
Di hari berikutnya, Parto berangkat ke kantor seperti biasanya, dia melakukan aktivitas seperti biasanya juga. Sibuk.
“Gimana dengan seminarnya?” tanya Pak Edi saat mereka tengah makan siang.
Parto segera mengunyah cepat-cepat nasi yang ada di mulutnya. Dia meneguk air dulu sebelum menjawab pertanyaan Pak Edi.
“Mutiara itu telah diciptan, meski kita harus mencapai kedalaman seberapa pun,” jawab Parto agak gugup.
Pak Edi menatap Parto dengan kening berkerut. Dan siap-siap melontarkan pertanyaan berikutnya.

Jakarta, 02 Mei 2012



~ Di saat-saat sendiri Parto juga suka berceracau:  "Aku tak ingin membuat orang yang mencintai dan dicintai olehku, menunggu terlalu lama akan kesuksesanku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar