ZOMBIE
Zombie bagaikan makhluk yang kejam dan mengerikan. Ketika datang pasukannya. Suaranya bergemuruh di dinding-dinding perbukitan dan pegunungan. Laksana dengungan rombongan lebah yang tengah marah. Siap menyerang apa saja yang ada di depannya.
Kedatangan mereka mengusik kehidupan. Bahkan mereka tega membunuh dengan cara keji dan sadis. Mereka juga suka memakan pasukanku, mereka suka menculik. Yang telah mereka culik pun tak pernah kembali lagi. Mungkin mereka juga telah memakannya. Mereka seperti Drakula dalam dongeng yang suka menghisap darah-darah manusia. Mereka ibarat zionis Yahudi yang tega membunuh penduduk sipil Palestina yang tidak berdosa. Atau mereka seperti pemilik Teori Konspirasi yang di isukan tengah berebut ladang-ladang minyak di negeri-negeri kaya Timur Tengah. Haha… bisa jadi, mereka juga laksana ulat bulu yang pernah menghama di negeri yang namannya Indonesia. Yang konon, pasukan ulat bulu itu bergerilya dari satu propinsi ke propinsi yang lain, dan juga bergerak menuju ke arah Ibu Kota.
Ya, Tidak ada kata lain yang harus di sepakati di sini. Kecuali: Melawan! Perangi!
***
Mereka bisa datang setiap saat. Malam maupun siang, hujan ataupun terang. Ketika mereka mulai datang. Disusul dengan gelegar tawanya yang bagi setiap mendengarkannnya bulu kuduk kontan dibuat merinding. Mereka bisa datang dari arah darat, air dan udara. Mereka memiliki peralatan tempur yang hebat. Bahkan mereka juga memiliki pasukan khusus yang bisa masuk kedalam tanah. Serta raksasa yang besarnya puluhan kali lipat jika di bandingkan dengan pasukan yang lainnya. Mereka bengis, galak, dan sadis.
Tentunnya dengan kondisi semacam ini kekompakkan dan keberanian sangatlah diperlukan untuk melawan mereka. Serta strategi yang cerdas dan handal.
“Itu mereka datang!” teriak salah satu pasukanku.
“Siap-siap semuannya!”
“Persiapkan juru tembak dari sebelah kiri” Teriak sang komandan.
Dua makluk Zombie datang dari sebelah kiri. Diiringi dengan gelak tawanya yang mengelegar. Lidah mereka menjulur dan liurnya meleleh-leleh.
Tar! Tar!
Buk!
Buk!
Kraus, Kraus, Kraus….
Kentang yang menjadi tameng utama mendapat serangan yang pertama. Zombie memakannya dengan rakusnya. Sementara kacang polong dari jarak cukup jauh dan strategis mulai menembakan pelurunnya. Meski tepat sasaran, tubuh Zombie tidak langsung roboh dan menggelempar. Perlu berapa puluh kali peluru yang mengenainnya. Tanaman Jagung juga tidak kalah membantu melemparkan biji-bijinya. Bagaikan anak-anak palestina yang melempari batu-batu kearah para durjana zionis Yahudi.
Kalau sudah seperti ini, pertempuran bakalan tidak bisa dielakkan lagi. Pasukan Zombie datang dari berbagai penjuru. Awal mulanya memang sedikit lalu mereka akan menambah pasukannya lagi. Bahkan pasukan berikutnya biasannya lebih kuat.
“Aku berhasil merobohkannya!” seru kacang polong bangga.
Nyatannya memang benar, salah satu makhluk Zombie itu telah terkapar, tangannnya putus, kepalannya juga putus. Yang satunnya lagi remuk ajur oleh timpukan biji-biji jagung. Dan dari pasukanku, nasib kentang begitu mengenaskannnya dia dicabik-cabik.
“Awas mereka mulai datang dari arah tengah!” tukas bunga Matahari dari belakang memperingatkan.
“Ini giliranku saja!” teriak labu yang sedari tadi hanya membisu. Lalu labu pun menyongsong ke depan. Persis berhadap-hadapan dengan salah satu makhluk menyeramkan itu. Matanya nanar, siap megeluarka jurus-jurusnnya
Hup! Labu melompat bermaksud menimpa zombie. Tapi dengan lincah zombie itu berkelit kesamping.
Hup!
Labu melompat lagi, dan melompat lagi.
Slep! Slep!
Arkh!
Sebuah anak panah berhasil mengenai Zombie. Dan disusul anak panah lainnya. Zombie pun menggelempar ke tanah. Ternyata Kaktuslah yang telah mengeluarkan aksinnya. Dia memang sedari tadi sudah mengincarnnya.
Tentunnya aku tidak langsung begitu senang atas kemenanngan ini, karena sesaat kemudian suara yang menandakan zombies datang sudah mulai berbunyi lagi, kali ini mereka datang lebih banyak lagi. Tentunya aku mulai menambah pasukanku. Pasukanku pun harus bekerja lebih keras lagi, kacang polong mulai menghamburkan peluru-pelurunnya. Kali ini, ada semangka yang siap melempari buahnya. Ada Cabe dan Strawbery yang juga siap memborbardir pasukan zombie. Sayuran dan buah-buahan yang lain juga siap membantu, tentunnya dengan ciri khasnya masing-masing.
Semuannya bersatu dan saling bahu-membahu untuk mengusir Zombie Si Durjana itu.
Perang pun akan terus berkecamuk hingga di antara kami ada yang kalah. Pasukan zombie akan semakin bertambah, hingga muncul pasukan bawah tanah dan pasukan terbang mereka. dan jika pasukanku belum juga mereka takhlukkan mereka pun akan menghadirkan pasukan pamungkasnya. yaitu raksasa-raksasa Zombie. Tentunnya pertarungan akan semakin bertambah seru, karena semunya menghendaki kemenangan.
Aturan mainnya di sini, adalah, jika pasukanku yang menang, maka di layar monitor akan muncul gambar Berlian dan Tropi. Itu berarti, aku layak untuk mendapat permainan yang model baru dari games Zombies VS plants ini. Hingga semua Tropi harus didapatkan.
Ya, demikianlah, pertempuran barusan memang bukan pertempuran di dalam dunia nyata, pertempuran memang hanyalah ada dalam permainan games.
Aku harus berhenti sejenak dalam permainnan ini, karena tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarku.
Tok, tok, tok.
“Parto, sudah jam tujuh, sekolah tidak?” suara teman yang ngekos di samping kamarku.
“Jam tujuh?”
“Iya, sudah jam tujuh.”
Untuk memastikannya aku mengecek jam di ponselku. Dan segera aku tergopoh-gopoh menuju kekamar mandi. Untuk gosok gigi dan cuci muka saja. Karena aku sudah jelas-jelas terlambat.
***
Ya, peperangan memang akan terus terjadi. Di sepanjang masih ada kehidupan di atas bumi yang tengah kita injak ini. Bahkan Seorang manusia Agung telah memperigatkan seusai perang besar di zamannya. Bahwa, masih ada perang lagi yang lebih besar. Yaitu, perang melawan hawa nafsu sendiri.
Dalam permainan games aku kerap menjadi pemenangnya. Namun di dunia nyatanya, justru aku kerap menderita kekalahan. Seperti pagi ini. Aku harus menghadap guru BP lagi lantaran terlambat sekolah.
Hanya karena permainan games kadang aku kehilangan waktuku untuk hal yang jauh lebih penting. Justru permainan games malah menjadi salah satu Zombie di antara Zombies yang lainnya, yang menjadi perampok waktu di dunia nyataku.