Senin, 23 April 2012

BAYANGKANLAH HAL YANG INDAH


Soim, saat ini harus berhadapan dengan dengan hal yang sebelumnya belum pernah dia hadapi, dia harus dioperasi. Dia menogok kearah pasien yang ada di sebelah kiri ranjangnya. Dilihatnya laki-laki setengah baya yang merintih-rintih. Dan seorang wanita setengah baya pula yang tengah menunggui laki-laki itu.
“Mas, mau operasi juga, ya?”
Sebuah suara tiba-tiba mengagetka dirinya. Dia pun membalikan badanya. Seorang laki-laki tua yang tengah berbaring di ranjang sebalah kanan ranjangnya, menatap ke arahnya. Soim pun mengangguk santun.
“Iya, Pak,” jawabnya.
“Bayangkanlah hal yang indah,” ucap laki-laki tua itu lagi.
“Maksud Bapak?” Soim menatap bingung laki-laki tua itu.
“Saat menghadapi operasi nanti, bayangkanlah hal yang indah,” tegasa laki-laki tua itu.
“Hal yang indah?”
“Iya, betul sekali. Mas, harus berpikir bahwa operasinya bakal berhasil, peralatan operasinya canggih, dokternya juga ahli,”
“O begitu ya, Pak.”
“Iya... dan yang terpenting berpikirlah, kalau sesudah operasi nanti kamu akan lebih baik, lebih produktif,” sambung laki-laki tua itu.
Soim hanya manggut-manggut. Dia menatap laki-laki tua di hadapannya itu.
“Bapak, juga mau operasi?” pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulut Soim.
“Saya?”
“Iya.”
“Malam lalu saya baru di opersi, persis sesudah Bapak di sebalah,” ucap laki-laki tua itu sambil tangannya menunjuk ke arah Laki-laki setengah baya yang tengah merintih-rintih di ranjang sebelah kiri Soim.
Soim pun menoleh ke arah yang di maksud kemudian menatap lagi laki-laki tua di hadapannya itu. Dia baru menyadari kalau ada situasi yang berbeda dengan ke dua orang tersebut, walau keduanya sama-sama baru menjalani operasi. Yang satu merintih-rintih, yang satunya begitu tenang.
“Bapak operasi apa?”
“Operasi Hernia,”
“Hernia?”
“Iya.”
“Mas, kok nggak ada yang ngantar ,” laki-laki tua itu balik bertanya.
“Saya ditemani  Ayah saya, kebetulan beliau sedang ngurus administrasinya,” jawab soim.
“O,”

***
Keputusan Soim untuk operasi, memang sudah bulat. Hernia sudah dideritanya semenjak satu tahun setengah yang lalu. Berbagai pengobatan alternatif pun telah di cobanya, baik mengkonsumsi obat herbal, jamu-jamuan, hingga di urut. Dia juga memakai “celana dalam khusus”. Namun semua itu tidaklah menjadi solusi.
“Hernia itu, usus yang keluar dari tempatnya, karena dinding Abdomen bagian bawah itu sobek, tak mungkin sobekan itu akan rapat kembali kalau di tidak di operasi,’’ saran Nizar teman karibnya.
“Aku tau, Niz. Namun aku harus menunggu cukup puny uang untuk melakukan operasi, dan aku tidak ingin mebebankan semua itu kepada orang lain, termasuk keluargaku,” tanggapnya.
Soim membenarkan apa yang dikatakan Nizar, kalau dia harus sesegera mungkin untuk melakukan operasi.
Dengan pertimbangan yang panjang itulah dia lantas minta ijin kepada Bos di tempat kerjannya untuk cuti. Bosnya yang memang sudah tau tentang Hernia yang diderita Soim, langsung mengijinkannya. Bahkan Bosnya itu memberi waktu kepada Soim untuk benar-benar sembuh.
“Ini, ada sedikit uang, barangkali sedikit membantumu,” ucap Bosnya sambil menyodorkan amplop warna coklat.
“Iya, terima kasih,”
***
“Bapak Soim silahkan, mengganti pakaiannya,” ucap salah seorang suster yang membawa pakaian operasi.
Soim pun segera mengganti pakaian di kamar mandi yang memeng disediakan untuk pasien-pasien yang ada di ruang itu. Setelah selesei ganti dengan pakaian operasi. Dia diantar oleh perawat cantik itu ke ruang operasi dengan menggunakan kursi roda.
Soim mulai mempraktekkan, apa yang di ucapkan oleh laki-laki tua. Membayangkan yang indah, agar luka tak selamanya menyakitkan.
Jakarta, 23 April 2012



 
~ Saat akan menghadapi operasi, Soim benar-benar mensugesti dirinya. Kalau operasinya akan berhasil, dokter yang melakukannya ahli, alat yang dipakai canggih, dan yang tak kalah penting dia membayangkan kalau sesudah operasi nanti dia akan lebih produktif lagi.
"Tak selama luka itu terasa menyakitkan!" ceracaunya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar